Siapa yang tidak kenal HMI? Organisasi mahasiswa Islam ini sudah lama dikenal sebagai salah satu motor penggerak perubahan di Indonesia. Sejak berdiri tahun 1947, HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) telah melahirkan banyak tokoh bangsa, mulai dari politisi, akademisi, sampai aktivis sosial. Tapi, sebenarnya apa sih makna pergerakan dalam HMI? Kenapa HMI selalu identik dengan pergerakan dan perubahan? Yuk, kita bahas bareng-bareng.
Kalau bicara soal pergerakan, HMI memang nggak bisa dilepaskan dari sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia. Didirikan di tengah suasana revolusi, HMI lahir bukan hanya untuk mengembangkan intelektualitas mahasiswa Islam, tapi juga untuk ikut andil dalam membangun bangsa yang baru merdeka. Dari awal, HMI sudah punya visi besar: menciptakan insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah.
Pergerakan di HMI itu bukan cuma soal turun ke jalan atau demo. Lebih dari itu, pergerakan di HMI adalah sebuah proses panjang membangun kesadaran, menumbuhkan kepedulian, dan memperjuangkan nilai-nilai keadilan serta kebenaran. HMI percaya, perubahan besar itu dimulai dari perubahan pola pikir dan karakter individu. Makanya, kaderisasi di HMI sangat ditekankan. Mulai dari Basic Training (LK 1), Intermediate Training (LK 2), sampai Advanced Training (LK 3). Semua itu bertujuan membentuk kader yang punya integritas, wawasan luas, dan semangat juang tinggi.
Dalam sejarahnya, HMI selalu aktif dalam berbagai isu nasional. Dari masa Orde Lama, Orde Baru, sampai era Reformasi, HMI selalu hadir di garis depan pergerakan mahasiswa. Misalnya, pada tahun 1966, kader-kader HMI ikut mendorong lahirnya Orde Baru dan menuntut perubahan sistem pemerintahan yang lebih demokratis. Begitu juga di era Reformasi 1998, banyak kader HMI yang terlibat dalam aksi-aksi menuntut turunnya rezim Soeharto dan lahirnya era baru demokrasi di Indonesia.
Namun, pergerakan HMI nggak melulu soal politik. Banyak juga kader HMI yang aktif di bidang sosial, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat. Mereka turun langsung ke desa-desa, mengadakan pelatihan, bakti sosial, sampai advokasi kebijakan publik. Semua itu dilakukan karena HMI percaya, perubahan itu harus menyentuh semua aspek kehidupan masyarakat. Tentu saja, HMI juga menghadapi banyak tantangan. Di era digital seperti sekarang, tantangan pergerakan mahasiswa semakin kompleks. Isu-isu yang dihadapi bukan cuma soal politik, tapi juga ekonomi, lingkungan, bahkan teknologi. HMI harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan jati dirinya sebagai organisasi kader dan penggerak perubahan.
Harapannya, HMI tetap konsisten menjadi lentera perubahan di tengah masyarakat. Kader-kader HMI harus terus mengasah kemampuan berpikir kritis, berjiwa sosial, dan menjaga idealisme. Jangan sampai terjebak pada rutinitas organisasi yang hanya formalitas, tapi harus benar-benar menjadi agen perubahan yang nyata. Menjadi bagian dari HMI berarti siap menjadi bagian dari pergerakan. Bukan sekadar ikut-ikutan, tapi benar-benar memahami makna perubahan dan siap berkontribusi untuk bangsa. Semangat pergerakan di HMI bukan hanya milik masa lalu, tapi juga harus terus menyala di masa kini dan masa depan. Karena sejatinya, perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil, dari niat tulus, dan dari hati yang ingin berbuat baik untuk sesama.
Jadi, buat kamu yang masih ragu untuk bergerak, ingatlah: HMI sudah membuktikan, bahwa pergerakan itu bukan sekadar slogan, tapi aksi nyata yang membawa perubahan. Mari terus menyalakan api pergerakan, menjadi lentera perubahan bagi Indonesia. Bergerak Itu Bukti Kita Masih Hidup. YAKUSA!
Penulis: Faiza Maulida, Komisariat Syariah & Hukum Cabang Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar